Senin, 24 Desember 2012

Sosialita Antara Orang Yang Cerdas dan Koruptor

Sosialita yang sejatinya bersosialisasi dengan kehidupan dan memberi manfaat kepada orang lain justru saat ini banyak menimbulkan efek negatif yakni melakukan tindak korupsi yang disebabkan karena faktor ‘politik’ dan gaya hidup glamor.

“Siapa pun mempunyai `bakat’ korupsi asalkan menemukan momentum (niat dan kesempatan) yang tepat, dan kebetulan saat ini kebanyakan pelakunya adalah perempuan dan laki-laki cerdas yang masuk dalam kelompok sosialita,”

Sebagian perempuan dan laki-laki cerdas yang tersangkut kasus korupsi biasanya terjebak dalam kondisi lingkungan politik yang sering menjadikan aktor korupsi oleh sistem yang menyimpang. “Perempuan dan laki-laki di dalam birokrasi dipaksa masuk dalam mata rantai korupsi yang mengakar, karena birokrasi di Indonesia sampai kini tepat menjadi mesin kepentingan kekuasaan,

Fenomena sejumlah perempuan dan laki-laki yang terlibat dalam berbagai skandal korupsi tidak tepat lagi jika dibahas dengan menggunakan sudut pandang relasi gender. Lebih mengena jika persoalan ini diuraikan dengan mengerahkan perspektif sosiologis yang membahas tentang kekuasaan dan perilaku menyimpang.
“Jadi korupsi, sebagai perilaku menyimpang, jelas sekali bertautan dengan persoalan kekuasaan,”

Laki-laki perempuan yang menduduki kekuasaan, baik secara politis maupun bisnis, memiliki kesempatan yang lebih banyak berbuat korup dibandingkan lelaki atau perempuan yang tidak berposisi sebagai penentu dalam wilayah otoritas politik dan finansial yang dimilikinya.

“Intinya korupsi sangat jelas lebih berkaitan persoalan kekuasaan daripada esensialistik keperempuanan. Siapa pun yang lebih berkuasa pasti terdorong untuk melakukan aksi-aksi korupsi,”

Rudy Karetji
Direktur Eksekutif Nasional
KRAK Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar