Mungkin hanya sebagian yang sependapat dan sepakat
bila saya mengatakan kalau Indonesia itu adalah negara penakut. Meskipun
demikian, sebagai orang Indonesia saya harus belajar berani untuk
mengatakan atau berbicara apa adanya. Bukan tanpa tujuan dan makna saya
mengungkapkan pernyataan ini, tetapi itu berdasarkan realita atau fakta
atas apa yang telah saya dengar, lihat, rasakan atau apa yang telah saya
alami sebagai warga negara Indonesia. Ada banyak bukti yang
memperlihatkan Indonesia itu sebagai negara penakut, yang hingga saat
ini mungkin sudah disadari tetapi tidak berani untuk menyentuhnya.
Mengapa? Alasannya juga banyak, tetapi terkumpul dalam satu kata, yaitu TAKUT. Berikut adalah beberapa ketakutan yang diperlihatkan di negara Indonesia:
1. Takut untuk maju ke tahap yang lebih baik (berkembang).
Ketakutan Indonesia untuk menjadi negara maju atau
berkembang terlihat sikapnya yang plin-plan atau ragu-ragu dalam
menyikapi masalah perekonomian, nelayan, perkebunan dan pertanian
rakyatnya. Betapa tidak? Perhatikan saja hasil produk yang lebih banyak
di perjual-belikan di Indonesia adalah hasil produk luar. Mulai dari
keperluan primer hingga keperluan sekunder. Sepatu, pakaian, sendal dan
hingga keperluan pokok rumah tangga, sebagian besar adalah hasil import.
Padahal apa yang tidak bisa dihasilkan di negara Indonesia? Hasil tanah
yang berlimpah yang sebenarnya dapat mendatangkan kekayaan bagi negara
Indonesia, tetapi pemerintah tidak berani mempasilitasi rakyatnya untuk
mengusahakannya. Contoh: batik buatan Indonesia adalah lebih mahal
harganya dibandingkan batik keluaran Cina. Mengapa? Karena di Indonesia
cara mengolah dan mengerjakannya masih sangat manual di bandingkan di
negara Cina. Mengapa manual? Karena lagi-lagi pemerintah tidak berani
untuk mengeluarkan modal untuk menciptakan daya saing yang berstandar
modern.
Selanjutnya, hasil panen para petani, pekebun dan
nelayan yang sering diabaikan oleh pemerintah juga sangat mempengaruhi
dan merupakan faktor penting dalam kemajuan dan kesejahteraan rakyat
Indonesia. Tetapi peluang ini diabaikan begutu saja, yaitu tidak berani
membeli hasil rakyatnya dengan harga yang tinggi, tetapi giliran menjual
pupuk meskipun harganya menekan rakyatnya, terutama dari golongan para
petani atau pekebun tak dihiraukan, meskipun sebenarnya hati mereka
tidak semuanya ikhlas membelinya. Artinya, mau tidak mau, dan dari pada
tidak ada, ya beli saja meskipun mahal (tidak ada pilihan). Pemerintah
hanya berani menjual hasil import dengan harga tinggi dibanding membeli
hasil kerja keras dan keringat rakyatnya. Sehingga yang ada hutang
semakin bertambah dan membengkak. Seharusnya Indonesia memperbesar daya
eksport hasil negaranya ke negara-negara-negara kerja samanya.
Pemerintah Indonesia seharusnya berani
mempasilitasidan menciptakan lapangan pekerjaan untuk rakyatnya, demi
kesejahteraan bangsa dan rakyat Indonesia itu sendiri dan bukan untuk
kepentingan pribadi. Seperti yang telah dipraktikkan oleh para politikus
di Indonesia yang tidak bertanggung jawab dan tidak berkeprikemanusiaan
dan prikeadilan. Saya sangat yakin, jika orang-orang seperti mereka
tetap dilindungi dan tidak dibuang ke laut, maka lambat-laun Indonesia
pasti akan kehilangan identitas, nama baik Indonesia akan terus dinodai
oleh mereka.
2. Takut untuk mengeluarkan modal atau mengambil risiko.
Jika saja pemerintah Indonesia berani mengeluarkan
modal akan ada risiko, yaitu mungkin Indonesia akan mengalami defisit
untuk sementara waktu, karena sebagian besar kas negara digunakan untuk
mengembangkan usaha rakyatnya, yang nantinya akan mendatangkan
keuntungan berlipat ganta pada negara Indonesia itu sendiri, maka
Indonesia pasti bisa bangkit setahap demi setahap dari keterpurukannya.
Jadi uangnya bukan digunakan untuk kunjungan ke negara-negara dan
bersenang-senang atau jalan dengan berbagai alasan yang tak jelas.
Umumnya, negara yang maju dan berkembang adalah negara yang berani
mengambil risiko atau miskin untuk sementara waktu, tetapi melihat fit
back yang jauh lebih besar dari modal yang dikeluarkan di masa
mendatang. Jika Indonesia tidak berani mengambil risiko ini, maka jangan
terlalu berharap bahwa negara Indonesia akan menjadi negara yang makmur
dan sejahtera, sebaliknya mungkin.
3. Takut untuk membayar mahal anak-anaknya yang pintar.
Indonesia menjadi salah satu negara yang terpuruk perekonomiannya di
dunia adalah bukan karena tanpa orang pintar atau jenius. Banyak sekali
orang-orang Indonesia yang pintar di bidang-bidang tertentu, entah itu
di bidang politik dan ekonomi yang dapat memajukan kesejahteraan bangsa
dan secara bertahap membangkitkan dapat Indonesia dari keterpurukan
perekonomiannya. Salah satunya atalah Sri Mulyani yang sangat berbakat
di bidang perekonomian, yang sudah jelas-jelas kualitasnya saat
menyelamatkan perekonomian Indonesia sebelumnya. Tetapi negara Indonesia
justru menyia-nyiakannya sewaktu di Indonesia, dan yang lebih parahnya
lagi adalah ia hampir dijadikan korban politik binatang oleh para
politikus Indonesia dalam kasus Bank Century.
Banyak orang yang berusaha menjadikan beliau
(Sri Muliani) sebagai kambing hitam dalam kasus Bank Century, tetapi
saya sendiri tidak yakin bahwa beliau terlibat dalam kasus itu. Ada
banyak kejanggalan yang tidak dapat dibuktikan oleh tim pansus dan KPK
dalam menangani kasus Century. Justru yang saya lihat adalah sebaliknya,
yaitu mungkin mereka-mereka itu yang telah menyembunyikan uang yang
dituduhkan kepada Sri Mulyani. Padahal tinggal bilang sejujurnya kalau
Indonesia tidak berani membajar beliau dengan mahal berdasarkan kualitas
dan kinerjanya. Itulah lah anehnya para politikus Indonesia. Jadi
jangan heran jika Indonesia ini semakin terpuruk, jauh dari keadilan,
kemakmuran dan kesejahteraan, karena semuanya penakut.
4. Takut untuk memberantas kasus korupsi.
Mendarah dagingnya kasus korupsi di tubuh para
politikus Indonesia adalah virus yang sangat mematikan, yang lambat-laun
Indonesia akan menjadi negara yang terus terpuruk dalam segala keadaan,
padahal penyebabnya hanya satu, yaitu KORUPSI. Ketidakmampuan dan
kegagalan yang diperlihatkan oleh para pemimpin negara Indonesia untuk
menyelesaikan dan meminimalisir kasus korupsi yang ada di Indonesia
adalah bahwa Indonesia itu takut untuk memberantas virus mematikan itu.
Jadi bukan karena tidak mampu, tetapi karena TAKUT.
Mengapa? Karena semuanya sudah terinfeksi dan tertular atau dihinggapi
oleh virus KORUPSI itu. Jadi, nanti kalau dibongkar, maka si pembongkar
pun bisa ketahuan kebusukannya oleh publik. Inilah yang disembunyikan
oleh sebagian besar pemimpin negara Indonesia. Sungguh para koruptor
adalah sama dengan binatang buas, dan bahkan lebih ganas dari itu.
Jika negara Indonesia tetap melindungi,
memelihara dan memakai orang-orang seperti mereka untuk memajukan negara
Indonesia ini, maka saya yakin 100% itu adalah hal yang jauh dari
kemungkinan, jika kebohongan maka itu jelas. Lihat saja dari drama dan
sandiwara-sandiwara yang mereka perankan di gedung DPR. Mereka
mengatasnamakan diri sebagai wakil rakyat, tetapi nyatanya mereka tak
ubanya sebagai WAKIL RAMPOK. Seharusnya orang-orang
atau manusia seperti mereka harus dihukum gantung atau hukum mati
seperti yang dilakukan oleh negara-negara berkembang, seperti Cina,
Malaysia dan seterusnya. Karena jika terus-terus dilindungi orang
seperti itu, maka Indonesia akan jadi negara sambah di mata dunia.
Indonesia seharusnya mempraktikkan simbolnya yang adalah burung Garuda atau burung raja Wali,
yang sanggup terbang tinggi membawa Indonesia mengatasi masalah-masalah
yang terjadi di dalamnya, dan bukan malah bergaul dengan ayam Kalkun,
yang tidak berdaya, lemah dan bodoh. Jika itu dilanjutkan, maka
Indonesia akan seperti burung Garuda yang patah sayapnya karena terkena
suatu jerat. Dengan kata lain, tidak ada jalan lain selain menikmati
hidupnya di bawah ancaman dan tekanan-tekanan dari negara tetangganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar